Jurnal Hari

Pendakian Gunung Sumbing Basecamp Desa Butuh Kaliangkrik - Jurnal

Sabtu, 15 Juli 2023 - Kami berangkat jam 6 pagi dan tiba di Basecamp Desa Butuh Kaliangkrik jam 8. Perjalanan dari rumah menuju basecamp memerlukan waktu sekitar 2 jam. Petunjuk arah Google Maps membuat kami melewati jalan menuju basecamp Adipuro, lalu kembali ke jalur yang benar setelah membaca petunjuk arah Nepal Van Java.

Keluar dari jalan utama Kaliangkrik, kabut tebal membatasi jarak pandang, tidak lama kemudian berubah menjadi gerimis. Tanjakan sangat curam, motor saya sempat tidak kuat nanjak. Untunglah tidak lama kemudian kami bertemu dengan jalur yang benar. Masuk kawasan wisata Nepal Van Java lalu pilih jalur menuju BC Sumbing. Pengendara motor bisa langsung menuju basecamp sementara jika mengemudikan mobil bisa diparkir di kawasan parkir wisata dan melanjutkan dengan menumpang ojek.

Basecamp

Basecamp berada di ketinggian 1772 mdpl. Kami segera memulai proses pendaftaran. Seorang petugas memberikan form untuk diisi data diri dan perbekalan. Pada satu lembar kertas tersebut juga tertulis peraturan dan juga peta jalur pendakian. Sembari mengisi form, kami sarapan di warung sebelah basecamp. Nasi soto di pagi hari yang dingin dan gerimis terasa sangat nikmat. Kami juga membeli nasi bungkus dan air minum untuk perbekalan.

Daftar perbekalan kita akan dicek untuk memastikan semua sampah kemasan dibawa turun kembali ke basecamp. Setelah pengecekan perbekalan, kami mengisi buku pendaftaran, menuliskan nama anggota regu, nomor telepon, dan kendaraan yang diparkir. KTP diserahkan pada petugas lalu setelah semua lengkap kita akan mendapatkan nomor kelompok. Di sini juga kita diberi pilihan untuk membeli voucher ojek.

Biaya-biaya

Jam 9.30 kami mulai perjalanan dengan menaiki ojek. Penumpang dibonceng di depan sementara pengemudi akan menggendong tas di belakang. Semua mengendarai motor sport yang sudah dimodifikasi, dilengkapi footstep di depan untuk penumpang. Dari basecamp keluar batas desa, melewati jalan makadam yang ditandai dengan gapura selamat datang.

Terlihat perkebunan warga di kanan kiri jalan. Motor digeber di atas susunan batu yang masih basah setelah gerimis. Ada rasa was-was ketika menghadapi jalanan yang menanjak curam, berkelok tajam dan sesekali susunan batu tidak rata, belum lagi lebarnya tidak seberapa. Untungnya tidak perlu waktu lama sampai di pangkalan atas, kira-kira 3-5 menit berkendara kami sudah tiba. Jika berjalan kaki, kira-kira memakan waktu 30-60 menit karena jaraknya sekitar 1,6 km dengan elevasi yang cukup tinggi.

Dari pos ke pos

10 menit berjalan kaki, kami tiba di pos 1 dengan ketinggian 2127 mdpl. Ada warung di sini, menjajakan jajanan yang lengkap, buah, camilan, minuman. Kami tidak beristirahat lama di sini. Setelah Pos 1 pendaki mulai memasuki area hutan, kanan kiri pepohonan rapat yang tidak mengizinkan sinar matahari masuk, sehingga kesan teduh dan dingin sangat terasa. Jalan berupa tangga yang dibuat dari susunan batang kayu. Ukurannya pas, jarak antar anak tangga tidak begitu tinggi.

Perjalanan ke Pos 2 menghabiskan waktu 2 jam. Di pos 2 terdapat shelter beratap dan kursi untuk duduk santai. Ada area tanah yang cukup lapang juga untuk mendirikan tenda. Kami tidak beristirahat lama juga. Langsung melanjutkan perjalanan.

Dari Pos 2 ke pos 3 jalur berupa tanah, rapi, tanjakannya tidak curam, cenderung rata dan banyak bonus karena jalurnya mengitari lereng. Hutan sudah tidak begitu rapat, kami melintasi beberapa sungai berupa batuan. Bagi saya ini pengalaman baru, melihat jalur yang begitu rapi dan jelas. Saya rasa ini sangat meminimalkan risiko tersasar. Di ruas jalur ini juga terdapat titik pertemuan dengan jalur Adipira.

Kabut mulai memudar, kami mulai bisa merasakan sinar matahari dan melihat langit biru. 1,5 jam berjalan, kami sampai di pos 3. Sudah banyak tenda yang berdiri terutama di sisi bawah searah jalur. Kondisi tanah kering berdebu. Pos 3 adalah tempat yang direkomendasikan untuk berkemah, tempat ini relatif lebih aman dari cuaca ekstrim dibanding pos 4 yang areanya lebih terbuka dan minim perlindungan pohon.

Berkemah

Kami memilih mendirikan tenda di area yang terlindung pepohonan dan tebing. Tidak ada air di aliran sungai dan mata air, semua begitu kering. Setelah tenda berdiri kami memakan bekal nasi bungkus. Tidak lama angin bertiup kencang dan konstan. Debu masuk lewat bagian mesh tenda dan membuat mata sering kelilipan. Angin tidak berhenti bertiup hingga dini hari, kami lebih banyak menghabiskan waktu di dalam tenda. Hanya keluar sesekali untuk memastikan pasak masih tertancap kuat menahan tenda dari hembusan angin.

Kami bergegas tidur setelah makan malam, sekitar jam 9. Agak sulit memejamkan mata di tengah gempuran angin kencang yang tidak ada hentinya. Sesekali kepikiran apakah tenda cukup kuat ditiup angin semalaman.

Minggu, 16 Juli 2023 - Bangun tidur jam 4 pagi, banyak pendaki yang sudah berangkat menuju puncah. Kami termasuk yang berangkat belakangan. Setelah menyiapkan bekal makanan dan minuman hangat serta sholat subuh. Jam 5 kami berangkat. Langit sudah mulai terang dari sebelah timur namun jalur masih terlihat gelap. Keluar dari area pos 3 kami menyeberang sungai lalu naik ke atas. Camp area Adipura berada di seberang sungai, kami berhenti sejenak untuk melihat sunrise di sini.

Selepas area camp Adipura, jalur yang curam mulai terlihat jelas, tersinari matahari terbit yang hangat. Jarak pos 3 ke 4 relatif lebih jauh dibanding antar pos yang lain, konturnya pun cenderung banyak tanjakan curam. Di ruas ini kita akan menyeberangi beberapa sungai batuan dan salah satu yang terbesar dan paling epic. Panjang dan curamnya jalur membuat kamis sering beristirahat, total perjalanan pos 3 ke pos 4 memakan waktu 3 jam.

Matahari sudah tinggi saat kami memulai naik dari pos 4 ke puncak. Jalur kering dipenuhi debu tanah. Langkah pendaki yang naik turun menerbangkan debu ke udara. Untungnya kondisi angin cukup bersahabat. Di tengah perjalanan kami bertemu pendaki yang kelelahan, dan memilih balik kanan. Ada juga perempuan yang harus digendong turun karena cidera.

Agak khawatir juga melihat persediaan air menipis, untungnya ada rombongan yang memberi sebagian persediaan airnya. Kebetulan katanya, mengurangi beban di tas. Kami tiba di puncak kawah jam 11, hari mulai panas dan kami harus mengejar waktu untuk tiba di basecamp supaya tidak kesorean.

Turun Gunung

Perjalanan turun cukup melelahkan karena trek curam dan tanah kering berdebu membuatnya licin. Pendaki harus menahan beban tubuh ekstra. Sampai di pos 3 tepat jam 3, membereskan tenda perlengkapan dan langsung turun mengejar waktu. Tiba di pos 2 jam 3.45. Istirahat sebentar lalu lanjut menuruni tangga. Ini yang paling besar dampaknya di otot kaki, menuruni tangga di etape terakhir. Gerakan turun tangga itu statis dan mengenai bagian otot yang sama terus-menerus sehingga cukup membuat otot kelelahan sehingga gerakan kami melambat.

Alhamdulillah, sampai di Pos 1 warung masih buka, saya segera meminta air putih karena air terakhir kami minum di tengah perjalanan menuruni tangga. Buah-buahan sudah habis, hanya pisang yang tersisa.

Menurut info dari bapak pemilik warung, di sore hari ojek standby menanti di pangkalan hingga jam 6.30. Benar saja, ada 3 ojek menunggu di pangkalan atas, saya langsung memesan 2, kaki sudah bergetar rasanya untuk berjalan turun. Mereka bertanya apakah masih ada rombongan di belakang kami. Ya, masih ada 1 rombongan yang sedang turun, jawab saya.

Ojek turun kita dibonceng di belakang. Tas diletakkan di tengah, gas tidak perlu digeber, hanya main rem saja untuk menahan laju motor. Tepat masuk waktu maghrib kami tiba di basecamp. Saya langsung melakukan penghitungan sampah dan check out, mengambil KTP, istirahat sebentar lalu pulang menuju Jogja.

Pelajaran yang dapat dipetik

Dalam perjalanan mendaki gunung, ada beberapa hal yang sebaiknya menjadi pertimbangan utama:

  1. Kemampuan diri

    Kita mesti peka terhadap kemampuan fisik. Sepanjang perjalanan, saya bertemu orang yang kelelahan, bahkan ada yang cidera sampai harus digendong untuk turun. Tidak perlu memaksakan diri, kita ke gunung untuk menyegarkan diri dan menjadi lebih sehat. Ukur kekuatan kita untuk bisa kembali ke rumah dengan sehat dan selamat. Jangan hanya mengikuti keinginan diri atau ikut-ikutan orang lain, karena kemampuan fisik masing-masing orang berbeda. Jangan sampai kita bisa mencapai puncak, tapi kehabisan tenaga untuk pulang.

  2. Waktu

    Ada pembatasan waktu di jalur pendakian, misalnya hanya boleh berkemah satu malam, petugas administrasi yang tutup jam sekian, atau batas waktu karena kita kehabisan waktu liburan. Cermat dalam perhitungan waktu dan beri cadangan waktu untuk meminimalisir keterlambatan.

  3. Logistik

    Ketersediaan logistik mendukung keberlanjutan perjalanan. Kami sempat mengalami kekurangan air karena berasumsi sumber air tersedia di jalur, sementara ternyata musim sedang kering. Jangan memaksakan diri melanjutkan perjalanan jika logistik tidak cukup. Lebih baik menyiapkan cadangan daripada kekurangan.

#catatan-perjalanan