Jurnal Hari

Pendakian Gunung Merbabu via Selo

Jum'at, 26 Juli 2024

Kami memutuskan untuk menginap semalam di Selo sehari sebelum pendakian agar tidak terburu-buru dan bisa memulai pendakian sepagi mungkin. Kami menginap di Pondok Merapi, Kampung Homestay Damandiri. Di kampung ini, banyak homestay tersedia tidak jauh dari basecamp (BC). Kami memesan dua kamar Sadewa, yang berbentuk kabin untuk dua orang dengan tempat tidur ukuran queen.

Awalnya, kami ingin memesan kamar Nakula, yang serupa tetapi lebih besar dan bisa ditambah ekstra bed, namun semua sudah dipesan. Hari itu, penginapan penuh. Selo terasa sangat tenteram dan hening. Di dalam dinginnya hawa pegunungan, terasa hangat karena keramahan warganya.

Penginapan ini cukup nyaman, pengunjung mendapatkan alat mandi (sikat gigi, pasta gigi, sabun batang, handuk), dan shower air hangat. Untuk hiburan, tersedia TV dengan akses YouTube. Harganya juga terjangkau, hanya 200 ribu rupiah per malam.

Pemandangan dari homestay luar biasa karena menghadap Gunung Merapi. Tempat makan juga mudah ditemukan karena dekat dengan pusat keramaian, yaitu Simpang PB VI. Malamnya, kami makan soto di "Warung Gunung" dan melengkapi perbekalan di Toko Arrosyid. Di malam hari, suhu dingin mencapai 13 derajat celcius, tapi tetap nyaman berkat selimut tebal yang telah disediakan.

Sabtu, 27 Juli 2024

Kami berangkat dari penginapan menuju Basecamp (BC) jam 7.36 pagi. Motor saya tidak kuat menanjak di tanjakan terakhir, namun kami berhasil tiba di Kampung Basecamp sebelum jam 8. Area ini disebut Kampung Basecamp karena banyak warga yang menyediakan rumah mereka sebagai basecamp dan tempat parkir. Sebelum memasuki area, ada gerbang pembayaran terpusat, lalu kita diarahkan untuk parkir di tempat yang sudah ditentukan. Meskipun parkir sudah diatur, kita bebas memilih basecamp mana yang ingin kita gunakan. Kami parkir di BC Kang Arie, namun sedikit kesal karena jalan macet akibat banyaknya mobil elf peserta open trip yang menunggu untuk menurunkan barang.

Setelah memarkirkan motor, kami makan di BC Pak Parman. Basecamp ini adalah tempat singgah sebelum dan sesudah mendaki. Pemilik rumah mendesain ruangannya dengan ruangan tanpa sekat yang digelari karpet. Pengunjung bisa beristirahat, menginap, makan, dan membeli suvenir di sini. Saya sendiri memesan mi instan rebus telur sekadar untuk mengisi perut. Saya tidak makan banyak sebelum mendaki untuk mencegah suduken (side stitch).

Kami juga membeli nasi bungkus lengkap dengan lauk untuk makan siang dan nasi putih untuk makan malam. Ibu kantin BC menjamin nasi tidak akan basi sampai besok. Di BC, kami juga mengecek dan menata kembali barang-barang. Sebelum mendaki, kami harus mendata semua barang dan perbekalan yang dibawa, memastikan semua dihitung agar sampah bisa dibawa turun kembali.

Ada tiga loket di Gunung Merbabu.

Selesai dengan administrasi, kami memulai pendakian jam 9.45.

Perjalanan Pendakian

Berkemah di Sabana 1

Kami berkemah di Sabana 1. Saat tiba, area camp sudah penuh dan kami mendapatkan lahan miring yang tidak terlalu nyaman. Namun, kami masih bisa mendirikan tenda. Di area ini agak sulit buang air karena sedikit pepohonan, dan kami harus berjalan cukup jauh untuk keluar area camp.

Makan malam kami adalah nasi bungkus dari basecamp (yang terbukti tidak basi sesuai klaim ibu kantin) dan lauk rendang yang dibawa dari rumah. Kami juga memasak sop untuk lauk hangat. Sambil menunggu sop matang, kami membuka dengan dimsum ayam jamur. Nikmat sekali.

Karena sudah lelah, kami segera tidur sekitar jam 21.00. Saat tidur, baru terasa dinginnya. Saya mengenakan jaket, kaus kaki, dan sarung tangan. Namun, tangan dan kaki masih terasa dingin. Angin malam berhembus sepoi-sepoi membawa udara dingin ke tenda. Lahan miring membuat tidur cukup menantang karena kami sering bergeser ke bawah. Saya terbangun beberapa kali, tapi berdasarkan pemantauan jam tangan, saya mendapatkan tidur kurang lebih 5 jam, cukup untuk memulihkan diri.

Minggu, 28 Juli 2024

Kami bangun jam 2.30. Saya memasak air untuk membuat minuman hangat dan oatmeal. Kami juga menyiapkan air minum panas untuk bekal perjalanan menuju puncak. Perjalanan ke puncak dimulai pada pukul 3.30. Jalur sudah sangat ramai, banyak pendaki lain yang sudah mulai berjalan sebelumnya, terlihat dari nyala-nyala lampu terlihat di kejauhan. Udara dingin mulai berkurang ketika kami mulai bergerak, debu beterbangan terlihat jelas tersorot oleh headlamp. Kami berjalan pelan dan tiba di Sabana 2 jam 4.20. Karena belum masuk waktu subuh, kami melanjutkan perjalanan. Jalur menjadi semakin menantang, sempit di tengah rimbunan pepohonan dan terus menanjak.

Kami tiba di Watu Lumpang jam 5.00. Saya segera mendirikan sholat subuh dan buang air di luar jalur. Istri saya memutuskan untuk tidak lanjut ke puncak dan menikmati sunrise di Watu Lumpang. Pemandangannya indah sekali. Sepanjang perjalanan ke area kemah kami menyaksikan indahnya gunung Merapi terpapar sinar matahari pagi. Sesampainya di kemah kembali, kami memasak sarapan. Nasi instan dengan lauk tuna kaleng dan telur rebus. Dilengkapi dengan kentang mustofa, wah lezat luar biasa. Sebagai pencuci mulut, koktil buah kaleng sungguh menyegarkan.

Kami segera berkemas setelah sarapan dan mulai perjalanan turun jam 10.35. Jalur sangat berdebu hingga Pos 2. Baru memasuki pos 1 jalur mulai teduh dan tidak berdebu. Tiba di titik awal pendakian jam 13.45, total perjalanan turun ditempuh dalam 3,5 jam, lebih cepat 1 jam dari estimasi.

Untuk administrasi saat turun, kami perlu ke loket 3 untuk mengambil ceklist barang dan meminta verifikasi pada ranger untuk mengecek sampah. Jika sudah dipastikan sampah sesuai dengan perbekalan yang kita bawa, sampah bisa dibawa ke tempat pembuangan. Botol plastik dipisahkan, sisanya dibakar di insinerator. Setelah pengecekan turun ditandatangani, ketua rombongan bisa mengambil kartu identitasnya. Kami beristirahat, makan siang, dan mandi di basecamp Kang Arie. Airnya dingin sekali, tapi menyegarkan. Perjalanan pulang kami mampir mengembalikan tenda sewaan. Alhamdulillah kami tiba di rumah saat maghrib.

Lesson Learned

Pengalaman

Biaya-biaya

#catatan-perjalanan