Nasihat Menulis dari C.S. Lewis (1959)
Menulis bukan sekadar keterampilan teknis. Seperti hidup, ia butuh kepekaan, perhatian, dan ketekunan. Dalam suratnya kepada seorang siswi di Amerika, C.S. Lewis, penulis novel fantasi The Chronicles of Narnia, membagikan delapan prinsip sederhana namun tajam — dan saya merasa, sebagian besar masih relevan, bahkan ketika kita menulis di era digital. Ini adalah kutipan dari surat C.S. Lewis kepada seorang siswi sekolah Amerika (14 Desember 1959)
It is very hard to give any general advice about writing. Here’s my attempt.
- Turn off the Radio.
- Read all the good books you can, and avoid nearly all magazines.
- Always write (and read) with the ear, not the eye. You should hear every sentence you write as if it was being read aloud or spoken. If it does not sound nice, try again.
- Write about what really interests you, whether it is real things or imaginary things, and nothing else. (Notice this means that if you are interested only in writing you will never be a writer, because you will have nothing to write about...)
- Take great pains to be clear. Remember that though you start by knowing what you mean, the reader doesn’t, and a single ill-chosen word may lead him to a total misunderstanding. In a story it is terribly easy just to forget that you have not told the reader something that he wants to know — the whole picture is so clear in your own mind that you forget that it isn’t the same in his.
- When you give up a bit of work don’t (unless it is hopelessly bad) throw it away. Put it in a drawer. It may come in useful later. Much of my best work, or what I think my best, is the re-writing of things begun and abandoned years earlier.
- Don’t use a typewriter. The noise will destroy your sense of rhythm, which still needs years of training.
- Be sure you know the meaning (or meanings) of every word you use.
Jika saya boleh membuat penyesuaiannya dengan zaman ini, saya menerjemahkannya sebagai berikut:
1. Matikan distraksi.
“Turn off the radio,” katanya. Hari ini, mungkin artinya: senyapkan notifikasi atau semua yang menyedot fokus kita, buka jendela, dan beri ruang untuk mendengar pikiran sendiri.
2. Baca buku bagus, jauhi bacaan yang memadatkan otak.
Lewis menyarankan menghindari sebagian besar majalah. Di zaman sekarang? Mungkin berarti lebih sedikit scroll feed dan lebih banyak menyelami buku yang menantang pikiran.
3. Tulis dengan telinga, bukan hanya mata.
Apakah kalimatmu enak dibaca keras-keras? Kalau terdengar canggung, ubah. Ritme dan nada penting — bahkan dalam tulisan teknis.
4. Tulis hal yang benar-benar menarik bagimu.
Kalau kamu hanya tertarik pada “menulis” itu sendiri, kamu bisa kehabisan bahan. Tapi kalau kamu tertarik pada hidup — detail kecil, konflik, ide liar — kamu tak akan pernah kehabisan kata.
5. Berusaha keraslah untuk mengatakan dengan jelas.
Yang terbayang jelas buatmu belum tentu jelas buat pembaca. Tugas penulis adalah menjembatani jarak itu — dengan memilih kata secara sadar dan menyusun cerita dengan empati (ini bagian yang tersulit).
6. Jangan buang tulisan lamamu.
Simpan draf buruk. Kadang, ide terbaik muncul dari sisa-sisa yang sempat kita abaikan karena dianggap jelek. Lewis sendiri mengatakan sering menemukan “kerangka emas” di catatan tua.
7. Hati-hati dengan alat.
Lewis bilang jangan pakai mesin tik karena berisik — bagi saya, ini bisa diterjemahkan: jangan sampai teknologi mengganggu intuisi menulis. Kadang menulis tangan dulu bisa membantu menemukan ritme yang lebih organik.
8. Pahami kata yang kamu pakai.
Kata punya lapisan makna. Jangan asal tempel. Memahami nuansa kata adalah senjata utama untuk menulis yang jernih dan berdampak.
Delapan poin ini mengingatkan saya bahwa menulis bukan soal cepat atau banyak, tapi soal menyatakan pikiran dengan jujur dan jelas. Dalam menulis, kita belajar memahami — bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga bagi orang lain.