Jurnal Hari

Mendaki Gunung Nglanggeran Bersama Anak Magang

Minggu pagi itu, kami memulai petualangan mendaki Gunung Nglanggeran bersama 3 anak magang. Meski langit tampak mendung dari rumah, semangat kami tetap membara. Awan kelabu justru menambah suasana syahdu, dan cuaca yang tidak terlalu panas terasa pas untuk pendakian.

Perjalanan Menuju Puncak

Gunung Nglanggeran hari itu cukup ramai dengan pengunjung, mungkin karena akhir pekan. Sepanjang perjalanan, kabut tipis melingkupi jalur pendakian, menciptakan nuansa misterius yang pekat. Mendekati puncak, hujan turun dengan deras, memaksa kami untuk berhenti dan berteduh. Dengan berpayung di bawah pohon, kami menunggu hujan sedikit mereda.

Begitu hujan berkurang, kami berjalan perlahan ke Pos 5 (puncak utara). Di sana, kami menikmati roti dan teh hangat yang kami bawa dari rumah. Momen itu terasa menyenangkan: berkumpul bersama, menikmati camilan sederhana, sambil menunggu langit kembali cerah. Kabut tebal masih menyelimuti puncak, angin bertiup cukup kencang, namun kami merasa puas dan senang akhirnya bisa sampai ke puncak. Awalnya, kami sempat ragu karena cuaca, tetapi ternyata perjuangan kami terbayar.

Tak lama kami berada di puncak, dan segera turun kembali untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya.

Menikmati Embung Nglanggeran

Perjalanan kami berlanjut ke Embung Nglanggeran, sebuah waduk buatan yang menjadi daya tarik lain di kawasan ini. Sebelum menaiki embung, kami mampir di sebuah warung untuk mengisi energi. Mie rebus yang hangat dan teh panas menjadi santapan yang sangat nikmat, sempurna setelah pendakian yang melelahkan.

Embung Nglanggeran pun masih diselimuti kabut, menciptakan suasana yang damai. Meski airnya sedang surut, embung tetap terlihat indah. Hembusan angin yang sejuk membuat saya merasa mengantuk, namun saya tak ingin melewatkan keindahan sekitar. Setelah puas menikmati pemandangan dan suasana sejuk yang menenangkan, kami pun memutuskan untuk pulang.

#aktivitas-luar-ruang