Jurnal Hari

Membangun Rumah Limasan Kayu di Gunungkidul

Membangun rumah tradisional dengan bahan kayu memang memiliki tantangan tersendiri. Di sekitar tahun 2015, orang tua saya membeli sebuah rumah limasan kayu di sebuah desa di Kulonprogo, tidak jauh dari Waduk Sermo. Bangunan rumahnya terletak di sebuah lembah yang dikelilingi pohon bambu.

Pembelian dan Pengangkutan Rumah

Rumah limasan tersebut dibeli dengan harga yang disepakati sebesar 11 juta rupiah. Rumah ini memiliki sejarah yang cukup panjang, dengan tiang utama yang terbuat dari kayu nangka dan dibangun sekitar tahun 90-an. Dinding rumah juga berbahan kayu (sering disebut gebyok) dengan sebagian jendela kaca.

Untuk memindahkan rumah ini ke Gunungkidul, diperlukan dua truk, dengan biaya pembongkaran dan pengangkutan mencapai 30 juta rupiah. Ini adalah langkah awal yang penuh tantangan, mengingat struktur kayu yang harus tetap terjaga selama proses pemindahan. Proses ini melibatkan banyak orang. Bagian-bagian rumah ditandai dengan nomor untuk memudahkan proses perakitan kembali di lokasi tujuan.

Proses Pembangunan di Gunungkidul

Setelah tiba di Gunungkidul, rumah limasan ini dibangun kembali dengan kombinasi material yang berbeda. Bagian bawah rumah dibuat dari bata dan semen yang kokoh, sementara setengah bagian ke atas menggunakan dinding bambu.Bagian gebyok hanya bisa dimanfaatkan di satu sisi rumah bagian selatan. Kombinasi ini memberikan kesan tradisional sekaligus modern pada rumah tersebut.

Tantangan dan Kendala

Selama proses pembangunan, kami menghadapi beberapa kendala, terutama terkait dengan penambahan ruang kamar. Area kamar ini perlu menambah panjang bangunan ke belakang. Efeknyam kemiringan atap menjadi tidak optimal membuat ruang tambahan tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik. Selain itu, posisi ruang yang berdekatan dengan rerimbunan pohon bambu tetangga sering mengalami masalah atap bocor. Daun-daun bambu yang gugur menumpuk di atas atap, sehingga ketika hujan datang, air merembes masuk ke dalam rumah.

Pengalaman Menginap di Rumah Limasan

Saya pernah merasakan menginap semalam di rumah limasan ini. Suasana di dalam rumah terasa dingin sekali, terutama di malam hari. Ini mungkin disebabkan oleh properti insulasi dinding bambu yang rendah. Suara katak dari sawah sebelah terdengar nyaring sepanjang malam, menambah pengalaman unik tinggal di rumah kayu di pedesaan.

Secara keseluruhan, meskipun penuh tantangan, membangun dan tinggal di rumah limasan kayu memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Keindahan dan kesederhanaan rumah tradisional ini menghadirkan nuansa yang berbeda, sekaligus menjaga warisan budaya Jawa yang kaya. Bagi siapa pun yang berminat membangun rumah serupa, persiapkanlah mental dan dana yang cukup untuk menghadapi berbagai kendala yang mungkin muncul.

#jurnal